Saturday, August 22, 2009

"Marhaban Ya Syahraa Ramadhan.."

Ramadhan datang semula..subhanallah, betapa perlu kita lipat-gandakan tahmid dan tasbih ke hadratNya. Kasih sayangnya telah membawa kita sekali lagi bertemu bulan yang barakah ini. Barakah amat, sehingga ketika di tengah terik yang membakar,peluh memercik dari pori-pori, namun jiwa tetap terasa sejuk. Hari-harinya adalah hari syaitan dibelenggu sehingga hirupan nafas pun terasa mengandungi kesolehan… Subhanallah… betapa kita bertuah menjadi ahli ramadhan buat kesekian kalinya…

Saya mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan selamat menyambut Ramadhan pada semua muslimin muslimat..Semoga pesan-pesan Ramadhan yang bakal kita lalui akan menggema ke dasar nurani terdalam, menjadikan kita lebih baik dari hari-hari sebelumnya.



Di sayup tilawah tadarus malam, proklamasi langit itu bergema,

“Adapun puasa itu untukKu, dan Aku sendirilah yang akan memberikan pahalanya..”
Selamat mengetuk pintu arRayyan!

Monday, August 10, 2009

Kemaafan


"


Ketika ada kesalahan-kesalahan yang ditaqdirkan atasmu pada diriku, aku selalu menginginkan taqdir kemaafan mengirinya, kerana kemaafan itulah yang menjadi bekal berharga untuk sebuah pertemuan di hadapan Allah swt.. Semoga Allah selalu menyanyangimu dan membimbingmu menjadi madrasah agung buat umat "


Friday, August 7, 2009

...: "Look Up for God" :...


When the world crumbles down
When you can’t help but frown
When your soul’s gonna drown
Just stop, just drop and look up.

When the tears start to flow
When you feel oh so low
When your life’s one big show
Just stop, just drop and look up

When you think there’s none to hear
When your heart is full of fear
When you’re hurt by devils spear
Just stop, just drop and look up

When your life is full of greed
When your soul needs to be freed
When all your heart does, is bleed
Just stop, just drop and look up

When things don’t seem to go your way
When hurtful things are what they say
When the sun doesn’t shine today
Just stop, just drop and look up

When you’re howling like a lost hound
When strangely somehow you’ve been crowned
When the devils drum is your sound
Just stop, just drop and look up

Raise your hands up to the sky
Ask for help from THE Most High
For tomorrow you may die
The day the world says goodbye

Thursday, August 6, 2009

PELAJARAN DARI HAFIZUL KHAIRUDDIN

Minggu lepas Abang Zul datang ke rumah tok agak lewat. Saya ditemani tok dan abang ngah yang gagah mencelikkan mata, menunggu tetamu yang pertama kali datang bertandang. Seharusnya dia sampai lebih awal, tetapi di pertengahan jalan ke rumah kami, tayar motosikalnya pancit. Menguruskan soal tayar itulah yang mengambil masa lama, ditambah jarak yang agak jauh dari Taiping ke Ipoh.

Jam 10.30 malam Abang Zul sampai ke rumah kami. Urusannya sederhana : sebuah tawaran bisnes untuk membekalkan Tshirt kepada pengedar. Sebenarnya pihak pengedar telah biasa bertransaksi dengan pembuat Tshirt untuk order yang sama. Tetapi, kini mereka memerlukan orang ketiga untuk membekalkan dengan jumlah yang lebih besar.

Tawaran tentang itu telah dibuka oleh Abg Zul semenjak saya masih di UPM. Tetapi, saya keberatan kerana saya sendiri ketika itu sudah mempunyai sumber pendapatan tambahan, plus rasa takut ’bermain’ duit, saya menolak cadangan Abang Zul.

Bulan lepas, sekali lagi beliau menawarkan bisnes ini kepada saya. Kebetulan, dia juga kerap ke Ipoh menguruskan program Abim dan bisnesnya, maka saya memikirkannya semula. Ketika itu saya sempat bertanya lanjut berkenaan tawarannya. Lalu saya minta Abg Zul menyiapkan order list dengan coretan-coretan kasar tentang cashflows dan margin yang mampu diperolehi.
Maka untuk menjelaskan dan menyerahkan margin itulah Abg Zul datang minggu lepas. Saya terus memperhatikan pembicaraannya, maklum dari segi operasi bisnes, saya masih hijau berbanding Abg Zul. Lama saya tatap lembaran yang diajukan dan memperhatikan satu persatu item tercatat yang diperlukan.

Angka yang dinyatakan di sana tidak begitu menggalakkan. Nilai marginnya kecil berbanding risiko yang ditanggung. Melihat pertimbangan cashflows, nampaknya project ini agak berat bagi saya. Apa lagi saya hanya memanfaatkan dana dari pihak ketiga yang perlu ’dipujuk rayu’ supaya sedia berinvestasi. Kesimpulannya, seperti yang disepakati oleh Abg Zul, kita belum berjodoh untuk project ini.


Pelajaran


Sungguhpun bisnes ini gagal berjalan, saya memperolehi beberapa pelajaran penting. Datangnya Abg Zul tengah malam, hanya menunggang motosikal dari Taiping ke Ipoh mengajarkan saya tentang kerja keras, komitmen dan tanggungjawab. Abg Zul tetap memenuhi sesuatu yang sebenarnya dia pun sudah berpikir bahwa kecil kemungkinan saya akan bersetuju dengan bisnes ini. Tapi, kerana komitmen dan pegangan bahawa everything must be clear, Abg Zul tetap datang. Saya dapat membayangkan betapa dia pun sangat lelah malam itu. Bahkan saya sendiri berbincang dangannya dalam keadaan melawan godaan tidur. Sebelum pulang –dari Ipoh ke Kuala Kangsar pula- Abang Zul sempat berkata kalau sampai di rumah, dia tidak akan berpikir banyak selain katil.


Pelajaran kedua adalah dari kalimat verbal seorang Hafizul. Katanya, kerana dia telah membuka pembicaraan ini dengan saya sebelumnya, maka dia harus menyelesaikan dengan tegas walau kesimpulan akhirnya adalah tidak berjodoh, yang penting ada kejelasan. Jadi, sesuatu yang telah dimulai harus diakhiri dengan jelas. Ibarat membuka account di internet, jika sudah login, mesti logout, tidak boleh main close aja, apalagi terus disconnecting. Ini penting kerana ada orang yang selalu melupakan saja pembicaraan yang telah dibuka dan menganggapnya sebagai angin lalu.


Walaupun urusan itu tidak bersambung, tetapi ada pelajaran yang boleh saya kutip di balik pertemuan itu. InsyaAllah, semoga berjodoh di lain kali.

Wednesday, August 5, 2009

Harapan Untuk Kita Pahatkan Bersama..



Saudaraku, aku mempunyai harapan untuk kita pahatkan bersama…


Semoga ada wajah yang tidak mengeluh ketika taqdir berat dan keras menimpanya..mereka telah mencukupkan akhir malam sebagai malam kehambaan dan pengaduan pada KeMahaan Allah. Ketika mereka berdiri, ruku’ dan sujud dalam tangis rindunya. Manis wajah-wajah itu dengan senyuman mendoakan kita..” Assalamu’alaikum..”


Semoga ada wajah-wajah yang tidak pernah mengajak kita berbicara aib,memfitnah dan mengumpat manusia lainnya. Betapa ingin kita disambut di majlis mereka dengan ucapan “akhi..T’ala nu’minu sa’ah..saudaraku,mari sejenak kita beriman!” lalu kita terbang ke wilayah yang dinaungi malaikat.


Kita rindu dengan wajah ini dalam perjalanan. Bukankah kita belum kenal dan baru kali ini menatap muka? Tetapi hati sudah terasa akrab, bibir tak sabar melempar senyuman dan lidah laju menghulur salam.


Inilah dia wajah-wajah keimanan, yang satu menjadi cermin bagi yang lainnya. Ada inspirasi amal soleh saat memandangnya, ada idea cemerlang dan energy tika melihat keteduhannya... subhanallah..betapa kita merindukan wajah keimanan saudara-saudara kita di jalan Allah.


Kita rindu wajah Abu Bakar yang membuat kita berasa tenang, tidak ragu atau bimbang. Kita rindu wajah alFaruq ibnu al Khatab untuk membuat kita bersuara dengan keberanian. Tentu sahaja kita merindukan wajah alAmin yang membuat kita berasa berharga menyertainya menghadap Allah. Kita rindu menjadi sebahagian dari mereka, serindu kita pada sebuah sambutan-


“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Raabbmu dengan hati puas lagi diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam JannahKu” (alfaj : 27-30)


Lalu, betapa kita rindu sebuah rumahtangga yang barakah.. rumahtangga menjadi labuhan dari samudera dunia yang bergejolak tidak ramah. Di sana, kita berlari dari yang haram menuju halal, berlari dari dosa mencari pahala, berlari dari hina menuju mulia. Berlari dari maksiat kepada tempat ibadat.. maka bukankah itu beerti berlari dari neraka menuju ke syurga?


Subhanallah…bilapun kita pulang, kita berharap syurga itu memang selalu hadir di rumah kita. Adakah yang tidak suka dibimbing ayah seperti Lukman yang selalu memanggil puteranya “ Ya bunayya…”? adakah yang tidak rindu beribukan Khansa, yang di saat ke-4 puteranya menghadap Allah sebagai syuhada berkata, “segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka..” adakah yang tidak mendamba rumah tangga berisi Ibrahim, Hajar dan Ismail? adakah?


Ya, jangan lupakan juga anak-anak yang menghadirkan keceriaan atau memberi pelita rumah kita dengan doa-doa dan hafalan quran mereka. Mereka berhak mendapatkan buah manfaat tertinggi dari kita. Mereka yang selalu menyambut lelah kita ketika pulang dengan teriakan, ‘walid/ibu...dukuuuuung!” lalu tangan yang tadi berasa tak kuat, kini dengan ringan mendukung si montel yang tampak munggil dengan kerudungnya..


Kita sangat rindu-


“Syurga dan yang mereka masuki bersama orang-orang soleh dari bapa-bapa mereka, isteri-isterinya, dan anak cucunya, sementara malaikat-malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu, sambil mengucapkan salamu alaikum bima syabatum..maka alangkah baikknya tempat kesudahan itu (ar-ra’d : 23-24)


Lalu kita rindu masyarakat yang terarah…


Andai rumah-rumah bercahaya itu berkumpul menjadi sebuah masyarakat terarah, alangkah rindu kita menjadi sebahagian darinya. Kita begitu rindu masyarakat imani, masyarakat yang selalu membuat kita berada di tengah mereka. Sentiasa berkongsi kebaikan, saling membahagiakan serta saling mengatas-tangan sesama tetangga.


Kita begitu rindu pada masyarakat yang setiap hari menyambung silaturrahimnya di dalam rumah Allah melalui jemaah solat dan majlis Ilmu. Tumit-tumitnya merapat, pundak-pundaknya luas saling bersentuh, barisannya lurus dan takbirnya serentak bergempita menggemakan kebesaran Allah. Adakah yang tidak rindu pada masyarakat yang majlis makan-makannya buah kebaikan, sure hebohnya solat berjemaah dan gotong rotongnya jihad fisabilillah?


Kita juga merindukan pemimpin yang setiap malam mampu meronda memeriksa keadaan kita. Pemimpin yang sempat memikul sendiri gandum untuk seorang ibu yang kesulitan mendiamkan tangisan lapar anak-anaknya. Kita juga rindu wanita pertama seperti Ummu Khulsum binti Ali yang bekerja keras di gelap pagi menolong kelahiran seorang lagi warganya, sementara suami tercinta, Umar amirul mukminin memasak roti dan menghangatkan susu menghibur gelisah seorang lelaki bakal bergelar ayah.


Umar lain, yang datang sebagai cucu umar pertama menyelesaikan krisis ekonomi berat hanya dalam 2 tahun usia pemerintahannya. Kedua pemimpin ini dapat ditemui tanpa birokrasi menyulitkan. Hidup sederhana, Bahkan tidurnya hanya berlapik kerikil di malam yang sejuknya menyengat ke tulang.


Betapa rindu kita pada pemimpin yang mampu menangis, paling tidak menangis, kerana cinta. Pemimpin yang sedar bahawa ia akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban atas jutaan pengangguran dan kemiskinan, ribuan kes-kes jenayah, kejatuhan moral remaja, ketidakadilan yang tidak pernah berhenti serta penindasan dan kekejaman setiap hari. Paling tidak sedar, kerana cinta. Seperti kata Rasul, “ Ia mencintai kalian dan kalian pun mencintainya..” dan cinta itu, akan mengangkatnya dari kongkongan batas kemanusiaanya untuk berbuat lebih. Kerana cinta itu menjadikannya tidak sendiri, tetapi rakyat hadir bersamanya. Jika rohnya saling mengenali roh rakyatnya, maka saat itulah nyala bertemu sumbu, dan kerja-kerja menjadi hati yang mensintesis potensi.


Ayuh, kita pahatkan harapan ini bersama. Hidupkan hati. Gerakkan jiwa. Mulakan langkah. Sehingga nanti Allah akan menghujankan air barakah dan menyuburkan pohon tayyibah. Ketika itu kerinduan kita akan sirna disapa hakikat. InsyaAllah.